Tipe Orang Tua Penghasut dan Penggibah Serta Menjelekan Anaknya Sendiri, Tandanya Hidayah Tertup

    Tipe Orang Tua Penghasut dan Penggibah Serta Menjelekan Anaknya Sendiri, Tandanya Hidayah Tertup
    Gambar Ilustrasi/ Istimewa

    Orang tua yang baik maka akan melahirkan generesi atau keturunan yang baik pula, orang tua yang kurang baik maka akan melahirkan generasi yang kurang baik pula, sederhananya seperti itu.

    Tapi, tidak menutup kemungkinan seorang penjahat bisa melahirkan generasi yang baik dan seorang yang alim bisa melahirkan generasi yang jahat. Ini semua tergantung Rahmat dan Hidayah yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikan kepada seorang hambanya. 

    Selain Rahmat dan Hidayah tentunya peran dan tingkat berusaha serta upaya sesorang untuk terus meraih kebaikan dalam hidupnya. 

    Maka beruntunglah jika diantar kita masih diberi Rahmat dan Hidayah, sehingga sebijak  mungkin kita dalam mengambil keputusan atau menilai segala sesuatunya.

    Secara garis besar kehidupan itu di contohkan dalam Alquran melalui kisah nyata kehidupan Para Nabi dan Para Sahabat serta kisah-kisah lainnya diantaranya Nabi Nuh Alahaisalam dan juga Nabi Lut Alaihi salam. 

    Kisah Nabi Nuh As begitu taat kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala, namun anaknya yang bernama Kan'an adalah sosok anak durhaka.

    Bukan anaknya saja yang bernama Kan'an bahkan Istri Nabi Nuh As sendiri (Ibunya Kan'an) adalah termasuk kepada orang-oran yang durhaka karena tidak mempercai kebenaran dan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

    Menurut hemat penulis bahwa Hidayah dan Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu sangat berperan penting dalam berbagai kehidupan.

    Istri Nabi Nuh As dan Kan'an putra Nabi Nuh As tertup Hidanyah baginya. Walau pun Ayahnya seorang Nabi, Jika Hidayah dan Rahmat tertutup dan ditutup oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka itu idak ada yang bisa merubahnya. 

    Lain halnya dengan kisah Nabi Ibrohim As,  dimana Nabi Ibrohim sangat taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, akan tetapi ayah Nabi Ibrohim karena GENGSI dan tidak mau menerima masukan dan saran serta kebenaran dari anaknya (Nabi Ibrohim), maka tetaplah menjadi seorang ayah yang durhaka karena tertutup dan ditutup Rahmat serta Hidayahnya oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

    Begitupun dengan kisa Istri Nabi Lut As yang  tidak percaya kepada kebenaran dan perintah Allah Suhanahu Wa Ta'ala, dia digolongkan sebagai istri durhaka yang suka gibah, fitnah dan sejenisnya. 

    Tidak hanya Istri Nabi Nuh As dan Nabi Lut As saja, istri Abu Lahab juga termasuk istri durhaka yang suka gibah dan finah. 

    Kisah-kisah kedurhakaan mereka pun diabdikan dalam Alquran.

    Lalu bagai mana dengan jaman sekarang?. Jaman sekarang pun sama kisah-kisah itu akan muncul dan berperan namun berbeda bobot dan frekuensinya kalau hemat penulis.

    Secara umum sering kita dengar anak yang durhaka kepada orang tuanya, namun tidak menutup kemungkinan juga orang tua bisa juga durhaka. 

    - Orang tua yang selalu merendahkan martabat anakanya.  - Orang tua yang selalu membandingkan anak-anaknya. - Orang tua matre, jika anaknya sukses dipuji habis-habisan jika anaknya gagal maka disingkirkan habis-habisan. - Orang tua yang selalu gibah dan fitnah anak-anaknya serta diceritakan fitnah itu kepada tetangganya kepada saudaranya dan lainnya. - Orang tua yang menilai anaknya dengan kebencian bukan dengan kasih sayang. 

    Mungkin itu beberapa sample kriteria orang tua yang tertutup hidayanya, meskipun rajin beribadah ketika hidayah tertutup maka tidak  akan bisa merubahnya. 

    Dari beberapa kasus sosial kebanyakan, orang tua seperti ini, keras kepala dan keras hatinya. 

    Selalu merasa benar walau hati nuraninya mengakui salah. Namun Gengsi yang tidak ketulungan membuat dirinya merasa dirinya yang paling benar. 

    Orang tua seperti ini selalu berbicara kekurangan dan kelemahan anak yang dibencinya. Orang tua seperti ini menumbuhkembangkan kebenciannya bukan karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala tapi karena tertutupnya Rahmat dan Hidayah sehingga segala fitnah dan hasad serta gibah jadi sebuah pembenaran baginya.

    Jika membenci atau menyukai segala sesuatunya karena demi Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka jelas akan menjadi sebuah keberkahan dalam hidupnya dan mudahnya Rahmat serta Hidaya menyertai dalam setiap  langkahnya. 

    Namun jika membenci dan mencintai segala sesuatunya karena Nafsu belaka, maka tidak akan ada keberhasilan dan keberkahan dalam hidup dan keluarganya. 

    Misalnya dari satu kelurga, anak tertua yang banting tulang menyelematakan keberlangsungan hidup keluarganya, mengangkat harkat martabat keluarganya, mengedapankan pendidikan dan pemahaman yang moderat. Namun orang tuanya membenci dan tidak terima hal itu, karena semisal orang tuanya terjebak dalam pemikiran yang kontradiktif dan penuh halusinasi. Terjebak dalam dunia patamorgana, bergelut dengan oknum Uka Uka yang dibalut agama, mengejar sesuatu yang berbau sihir.

    Orang tua seperti ini akan rela menghinakan dirinya dan akan merasa benar ketika merendahkan dirinya, yang terpenting bagi dirinya merasa dipuji dan disanjung.

    Untuk menutupi gengsi dan kesalahannya, orang tua seperti ini biasa terus bercerita keluhkesah anaknya yang dibenci tersebut.

    Orang tua seperti ini tidak rido jika anak yang dibencinya sukses (Padahal anak tersebut yang berjuang menolong dan mengngakat keterpurukan keluarga baik secara ekonomi atau pun mental). 

    Selalu menceritakan keluhkesah dan menjelek-jelekan anaknya ke anak lainnya agar dapat pengakuan bahwa dirinya lah benar dan anak yang dibencinya lah yang salah.

    Endingnya semua keluarga terjebak dalam fitah keji dan adu domba, semua membenci tanpa dasar kepada anak pertama tersebut. 

    Padahal, jika Allah memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada orang tua seperti itu, maka cinta dan kasih sayanglah yang timbul serta membangun "rumahku surgaku".

    Misalkan motor habis bensin diceritakan ke tetangga dan saudara serta lainnya, seolah-olah anak yang dibencinya memang layak dibenci. Padahal jika hidayah Allah Subhanahu Wa Ta'ala masuk dalam hati dan pikirannya, maka orang tua tersebut akan sadar sesungguhnya dirinya telah menelanjangi dirinya sendiri dihadapan orang lain. 

    Motor tidak dicuci menggerutu satu RT, gibah dan fitnah lagi terus menerus.

    Sampai anaknya numpang, numpang makan dll selalu di ceritakan kepada siapapun agar terlihat dirinya sebagai orang tua yang benar dan tidak salah. 

    Padahal dirinya yang terjebak dalam dunia uka-uka, yang bisa mengahsilkan berlipat ganda dll,  maka yang dibenci selamanya adalah anaknya yang selama ini mengingatkannya.

    Dalam keluarga melakukan keputusan orang tua adalah nomor satu, dan itu yang akan di realisasikan, contoh acara pernikahan anak-anaknya yang melangkahi kakanya. Jelas karena keputusan orang tua. 

    Kakanya yang dilangkahi malah kakanya yang dibenci dan disalahkan. 

    Anak lainnya pindah agama, kakanya selalu yang dibenci dan di "Goreng".

    Banyak hal-hal lain yang gambalng terjadi dalam kehudupan sosial bermasyarakat.

    Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah banyak menunjukan kebenaran dan kekuasaanya bagi orang-orang yang berpikir dan ada titik hidayah serta rahmat dalam hatinya. 

    Anak pertamanya yang selama ini dibemci Allah Subhanahu Wa Ta'ala tunjukan kebenarannya:

    - Dengan salah satu anaknya pindah agama (itu aib yang luar biasa jika mau berpikir dan ada titik hidayah dalam hatinya orang tua tersebut).

    - Seblumnya anaknya terjadi pernikahan yang melangkahi kaka-kakanya, terlepas MBA (married by aciden)  atau pun tidak,  yang jelas secara norma dan tradisi itu sudah melanggar. 

    - Anaknya yang lainnya nikah dengan berita miring dimasyarakat karena faktor materi.

    - Kasus pindah sekolah anaknya yang tak kunjung selesai, dan selesai semuanya dengan pertolongan anak yang dibencinya.

    Dan lain sebagainya. 

    Setiap permasalahan dalam keluarga, sejatinya hanya anak pertamanya (Yang dibenci) yang selalu menyelesaikannya.

    Betapa Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi peringatan nyata terhadap orang tua tersebut, namun sekali lagi karena tertutup rahmat dan hidayah dalam hatinya. Maka tetap itu semua tidak berarti sekali pun Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mengingatkannya qdengan caranya. 

    Opini ini dirangkum dari berbagai sumber dan nara sumber. 

    Referensi Serching google dengan kata kunci "orang tua durhaka".

    Salah satu Contoh referensi: https://m.liputan6.com/health/read/4070214/orangtua-pun-bisa-durhaka-begini-ciri-cirinya

    Ini ditulis hanya untuk pengingat bagi penulis saja.

    Semoga kita semua selalu mendapatkan Rahmat dan Hidayah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam setiap saatnya. 

    Ditulis Oleh: Ruslan Raya

    Sukabumi Jabar
    Aa Ruslan Sutisna

    Aa Ruslan Sutisna

    Artikel Sebelumnya

    Koramil 0622-13/Jampangkulon Dampingi Vaksinasi...

    Artikel Berikutnya

    Koramil dan Polsek Serta Camat Cikidang...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Polri TV: Transparan - Informatif - Terpercaya
    Tony Rosyid: Ikut Pilgub Jakarta, Anies Disambut Antusias Para Pendukungnya
    Bakamla RI Persiapkan Patroli Terkoordinasi "Operasi Gannet-8"
    Agar Berjalan Dengan Lancar Dan Tertib, Babinsa Koramil 1710-02/Timika Pantau Dan Monitoring Kegiatan Pasar Murah
    Bhabinkamtibmas Pasirsuren Polsek Palabuhanratu Polres Sukabumi Galang Sinergi dengan Perangkat Desa dalam Kegiatan Door to Door System

    Ikuti Kami